Bahan
pangan dan harga minyak hambat gerak ekonomi tahun ini
Merdeka.com - Wakil
Presiden Boediono menanggapi
kondisi perekonomian saat ini yang masih bergejolak. Boediono menyebut
pelbagai tantangan perekonomian Indonesia tahun ini mulai dari dampak tapering
off, harga minyak, dunia, bahan pangan dan politik.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry
Damayanti melihat, pasokan bahan pangan dan harga minyak dunia menjadi
penghambat gerak ekonomi tahun ini.
"Lebih ke persoalan pangan
dan harga minyak, di mana minyak domestik dipengaruhi harga minyak dunia dan
depresiasi nilai tukar Rupiah," ujarnya saat ditemui di Gedung Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), Jakarta, Kamis (2/1).
Dia menambahkan, kenaikan harga
minyak di saat tekanan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), akan
mendorong lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM). Kondisi ini memicu
disparitas harga antara BBM subsidi dan non subsidi semakin tinggi.
"Ini menyebabkan konsumsi
BBM jadi sulit ditekan. Kalau disparitas harga makin lebar, bagaimana orang mau
beralih ke BBM non subsidi," jelas dia.
Jika konsumsi BBM bersubsidi
membengkak, anggaran subsidi minyak diyakini bakal melonjak. Harga minyak yang
naik juga membuat APBN membengkak dan dampaknya ke defisit transaksi berjalan.
"Defisit tak bisa turun,
maka stabilitas makro akan terganggu. Kalau persoalan tapering off sudah
di-price-in, masalah politik cuma berpengaruh dalam jangka pendek," ucap
dia.
Untuk faktor pangan akan lebih
dipengaruhi gejolak harga bahan pokok. Salah satunya cabe rawit. "Di
sektor pengadaan beras cukup berhasil. Namun, yang sangat berpengaruh di
Indonesia itu pangan yang bersifat volatile. Karena subsidi pangan relatif
kecil, sehingga pembebanan uang negara tidak terlalu besar," tutupnya.
Analisis
Tahun ini adalah tahun yang
sanagt sulit untuk indonesia dikarena banyaknya masalah-masalah ekonomi mulai
dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS . bahkan yang baru- baru
ini yaitu tentang terhamabatnya
pergerakan ekonomi dalam bidang bahan pangan dan harga minyak itu dikarenakan minyak domestik dipengaruhi harga minyak dunia
dan akibat dari depresiasi nilai tukar rupiah akan mendorong lonjakan harga
bahan bakar minyak (BBM). Kondisi ini memicu disparitas harga antara BBM
subsidi dan non subsidi semakin tinggi. Ini menyebabkan konsumsi BBM jadi sulit
ditekan Kalau disparitas harga makin lebar, dan menyebabkan masyarakat tidak bisa atau tidak mau beralih ke BBM non
subsidi. Peran pemerintah sangat penting bangaimana mensosalisasikan ke pada
masyarakat khususnya kalangan menengah keatas untuk tidak menggunkan BBM
bersubsidi karena akan makin memberatkan APBN kita, dan kesadaran dari
masyarakat juga perlu dalam hal ini dalam membatu pemerintah mencegah APBN yang
membengkak .
sumber :
0 komentar:
Posting Komentar